20 Feb 2011

Love Rain (Fanfiction)

Difitnah oleh CreaMii_choco at 23.08
Terkadang suatu hal yang kau tak sukai itu bisa mendatangkan  sesuatu yang sangat besar.
Sesuatu yang sangat indah, yang bisa membuat matamu terbelalak kaget ketika melihatnya…

DRESSSSSSS…..
Mata Im Yoona membesar mendengar suara desiran air yang jatuh dari langit itu. Suara yang tidak diinginkannya. Sejak saat cuaca mendung tadi, ia sudah berdoa dan berharap agar cuaca segera cerah kembali dan hujan tidak akan turun. Tapi, doanya ternyata tak terkabulkan, malah sebaliknya, hujan diluar sana sangat deras sehingga ia hanya bisa duduk disudut tempat tidurnya sambil melamun.
“Aish… aku benci hujan!” ujarnya berulang-ulang berharap agar jika ia menyebutkan kata itu berulang-ulang hujan akan berhenti. Tapi tentu saja ini tak mungkin.
Ia memalingkan wajahnya kepada tirai jendela kamarnya, dan melihat samar apa yang ada diluarnya. Lalu ia berpaling kembali. “Ya tuhan… jangan buat aku mengingatnya kembali…”
***
Kim Kibum tersenyum melihat apa yang ada diluar jendela apartemen nya. Pemandangan yang sangat disukainya… Suara desiran yang sangat disukainya…
Ia terus tersenyum melihat hujan yang turun sangat deras dari jendela itu. Ia memang sangat menyukai hujan, karena hal itu bisa membuatnya mengingat semua hal yang membuatnya bahagia.
“Aku harap kali ini hujan akan turun lama, agar aku bisa melihatnya terus menerus,” ujarnya sambil tetap tersenyum.
***
“Hm,onnie, aku mau pulang dulu, takut hujan turun, kau sudah makan kan onnie?” ujar Yoona kepada teman kantornya, Kim Taeyeon.
“Ya sudah, pulanglah, tugasku masih banyak. ” ujarnya sambil menunjuk file-file yang bertumpuk dimejanya. “. Ehm soal makan, adik sepupuku baru saja membawakanku makanan”
 Yoona kembali tersenyum. “Oke onnie, annyeong!”
Yoona berjalan kearah lift dan segera masuk kedalamnya. Didalam lift itu hanya terdapat seorang lelaki bertopi dan seorang ibu-ibu dan 2 anaknya.
TING!
Pintu lift terbuka di lantai 2. Laki-laki bertopi dan ibu-ibu itu pun keluar, dan pintu lift kembali menutup.
TING!
Pintu lift terbuka lagi, Yoona pun keluar dari lift itu.
“Yoona! Yoona!” panggil seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi dan tegap. Yoona berbalik. “Oh, taecyon, ada apa?” tanyanya.
“Begini… emm.. aku.. mau mengajakmu makan malam.. Kau bisa?” ujarnya malu.
“Aku sangat mau tapi, hari sudah gelap dan sepertinya akan turun hujan, kau tau kan aku tak menyukai hujan? Aku pulang dulu, aku capek.” Ujar Yoona dan langsung pergi dari tempat itu meninggalkan Taecyon sendiri.
“Hh.. Im Yoona, padahal aku ingin memberimu ini,” ujarnya sambil memandangi kotak merah berisi cincin yang dibelinya untuk Yoona.
***
Yoona terduduk gelisah di bangku halte dekat kantornya. Sekali-kali ia melirik jam tangannya. Dan membuatnya makin gelisah. “Ayolah… dimana Yuri?” tanyanya dalam hati. Yuri adalah kakaknya yang kini telah menikah. Tadi ia menelpon Yuri untuk menjemputnya karena hujan sangat deras dan tidak ada taxi disitu.
Ia menggigil kedinginan. “Ya tuhan, dingin sekali,” ujarnya.
Tiba-tiba ada seorang lelaki berjaket panjang berlari menuju halte ditempat Yoona berdiri sekarang. Yoona mengerutkan dahinya. Sepertinya itu Taecyeon.
“Hh..” desah laki-laki itu. Laki-laki itu tinggi dan berkulit putih. Ia menggigil kedinginan sama seperti Yoona.
“Bukan Taecyeon…” pikir Yoona dalam hati.
Tanpa sadar, Yoona terus memandang laki-laki disampingnya itu. Laki-laki itu menggigil, kelihatan capek, tapi senyum tak pudar dari bibirnya. Laki-laki itu tersenyum memandangi hujan deras didepannya. Sepertinya laki-laki itu tak menyadari keberadaan Yoona disitu.
“Hujan memang menyenangkan,” gumam laki-laki itu pada dirinya sendiri. Ia kaget dengan gumaman laki-laki itu. Hujan itu menyenangkan?! Ujarnya dalam hati. Ia semakin bingung dengan laki-laki itu, tapi juga penasaran.
“Apanya yang menyenangkan?!” ujar Yoona tanpa dicerna baik-baik dulu. Ia menutup mulutnya mengetahui dirinya telah keceplosan omong. Laki-laki itu menoleh kearahnya. Dan kaget seakan baru tahu kalau ada orang disitu.
“Wah, ada orang rupanya,” ujar laki-laki itu. “Hujan memang menyenangkan, kok, hmm… biar aku tebak, kau pasti pembenci hujan. Namaku Kim Kibum.” Ujar Kim Kibum lagi sambil mengulurkan tangannya langsung.
“Yoona, Im Yoona,” ujar Yoona sambil membalas uluran tangan Kibum. “Ya, kau benar, aku memang pembenci hujan. Hujan itu sangat menyebalkan dan membosankan,” celotehnya. Ia tahu kalau dirinya itu tidak suka berbicara dengan orang lain, apa lagi orang asing seperti orang yang ada disampingnya ini. Tapi tak tahu kenapa ia langsung merasa senang berceloteh didepan Kim Kibum.
Kim Kibum tersenyum. “Aku kebalikannya. Aku sangat suka hujan,” gumamnya.
“Apa yang bisa membuatmu menyukai hujan?!” Tanya Yoona lagi.
“aku suka pemandangannya saat hujan… suka desiran suaranya… bau lembab setelah hujan… aku suka semua itu,” jawab Kibum yang membuat Yoona makin penasaran.
“Aku bingung dengan ucapanmu. Hujan itu tak ada bagusnya,”
“sebenarnya ada suatu hal yang membuatku sangat menyukai hujan… yaitu…,”
PIP,.. PIPP…
Kata-kata Kibum terpotong oleh bunyi klakson sebuah mobil hitam didepan mereka. Itu mobil Kakak Yonna. “Ah, jemputanku sudah datang,” seru Yoona agak kecewa karena tak bisa mendengar lanjutan dari Kibum. ‘Oh, ya, senang berkenalan denganmu,” ujar Yoona lagi sambil tersenyum lagi.
“Im Yoona,” panggil Kibum. Yoona menoleh.
“Terkadang sesuatu yang tidak kau sukai bisa mendatangkan keindahan jika kau berani melihatnya sampai selesai… Sesuatu yang sangat indah,” kata Kibum dengan nada misterius. Mata Yoona membesar mendengar kalimat Kibum itu, ia ingin  bertanya apa maksudnya tapi Yuri sudah berulang-ulang menekan klakson mobil menyuruhnya masuk.
Dan akhirnya Yoona pun melangkah kemobil, masuk kedalamnya dan meninggalkan Kibum dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya.
***
“Lama sekali,” gerutu Yuri didalam mobil yang sedang melaju kencang kepada Yoona. Yoona hanya terdiam, mencerna baik-baik apa perkataan Kibum barusan.
“Terkadang sesuatu yang tidak kau sukai bisa mendatangkan keindahan jika kau berani melihatnya sampai selesai… Sesuatu yang sangat indah,”
“Ya! Im Yoona!” seru Yuri lagi.
“Apa?!” seru Yoona kaget.
“Huh! Kau melamun ternyata! Sama sekali tak mendengar omonganku!” gerutu Yuri lagi. “Apa kau sedang memikirkan lelaki yang bersamamu di halte itu?!”
“Siapa?! Oh, Kim Kibum?”
“Ya, siapalah namanya itu, siapa dia?”
“Tak usah menanyakan nama laki-laki lain, kau sudah punya suami,” canda Yoona.
“Aku tahu… tapi, dia tampan, ya…” canda Yuri lagi.
“Dan juga misterius,” lanjut Yoona.
***
Yoona meletakkan cangkir hot chocolate-nya diatas meja. Ia memandangi jendela kamarnya, yang diluarnya sedang hujan.
“Aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya…” gumamnya. Ia kembali mengingat kata-kata Kibum, orang yang baru dikenalnya kemarin.
“Terkadang sesuatu yang tidak kau sukai bisa mendatangkan keindahan jika kau berani melihatnya sampai selesai… Sesuatu yang sangat indah,”
“Sesuatu yang tidak kau sukai,” Jari Yoona mengetuk-ngetuk permukaan meja didepannya. “Apa mungkin maksudnya hujan?!”
Otaknya mulai berkerja. Ia sudah dapat mengertikan perkataan kibum kemarin.
“Oh… jangan-jangan,”
Yoona segera berlari kearah jendela dan membukanya. Hujan telah reda. Namun tak ada sesuatu yang disebut ‘indah’ oleh kibum. “Aku yakin maksudnya adalah ‘ada sesuatu yang terlihat indah ketika setelah hujan,” gumamnya. “Aah! Dasar aneh! Bikin aku penasaran saja!” gerutu Yoona.
***
Kibum menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali. Didepannya terdapat ‘sesuatu yang indah’ yang hanya dapat ia lihat seusai hujan. “Apa Yoona sudah mengerti perkataan ku?” pikirnya. “Aku harap begitu…” ujarnya sambil tersenyum.
***
“Hhh..” desah Yoona untuk kesekian kalinya.
“Kau kenapa, Yoong?” Tanya Taeyeon yang sedang asik menyesap mocha coffee nya. Yoona menggeleng lemah.
“Anni,,” jawabnya sambil menggigit bibirnya.
“Ah, kau pasti ada masalah, aku tahu dari kebiasaanmu itu, menggigit bibir. Ayolah cerita padaku,” desak Taeyeon.
“Hh.. baiklah,”
Yoona pun menceritakan pertemuannya dengan Kibum, perkataan Kibum yang membingungkan itu. Semuanya. Kafe dekat kantornya kelihatan ramai dengan pengunjung yang kelihatannya tak bisa pulang karena hujan yang turun sangat deras.
‘Hmm.. memang anak yang misterius,” tanggap Taeyeon.
“Memang seperti itu,” desah Yoona pelan. “Ah.. hujan makin deras…” gumam Yoona sambil menyentuh kaca bening disampingnya yang penuh dengan butiran butiran hujan.
“Hm, dimana adik sepupuku ya? Kenapa lama sekali?” gumam Taeyeon. Yoona tidak mendengarnya karena ia sedang asik melamun.
***
“Hei, Im Yoona,” suara itu mengagetkan Yoona dari lamunannya. Ia kembali tersentak kaget melihat siapa yang ada didepannya.
“K..kau… Kim Kibum?! Lho? Mana Taeyeon onnie?!” tanyanya bingung.
“Taeyeon nuna sudah pulang, tadi dia menyuruhku untuk menjemputnya, tapi karena melihatmu aku menyuruhnya untuk pulang sendiri dengan mobilku. Ternyata kau teman Taeyeon nuna,” jelas Kibum panjang lebar.
“Ja.. jadi, kau sepupu Taeyeon?!” tanyanya lagi seolah tak percaya.
“Ya, kenapa? Kau tak percaya?” Tanya Kibum dengan nada bercanda.
Kibum segera memanggil seorang pelayan dan memesan secangkir black coffee. Setelah itu, mereka terdiam. Tak berbicara lagi. Seakan-akan mereka bisu dan tidak saling kenal. Hanya terdengar suara desiran hujan dan juga suara riuh pengunjung dalam café itu.
“Jadi bagaimana?” Tanya Kibum memecah kesunyian diantara mereka. Yoona yang sedari tadi hanya memandang kaca besar disampingnya menoleh. “Bagaimana apa?” tanyanya bingung.
Seorang pelayan datang sambil membawa nampan berisi pesanan Kibum, meletakkan cangkir itu diatas meja, lalu pergi.
“Kau sudah mengerti apa yang kumaksud waktu itu? Kau sudah melihatnya?” Tanya Kibum lagi. Pertanyaannya itu membuat Yoona kaget. “Oh iya! Aku ingin menanyakanmu soal itu!” ujarnya sambil memukul pelan dahinya.
“Jadi, apa yang kau maksud waktu itu? Aku sama sekali bingung dengan perkataanmu. Aku kira yang kau maksud adalah sesuatu yang bisa terlihat ketika setelah hujan, tapi aku tak melihat apa-apa…” Kata Yoona panjang lebar. Kibum hanya tersenyum sambil mengaduk-aduk isi cangkirnya itu. Yoona hanya mengerutkan dahinya melihat respon santai Kibum. “Ya! Kim Kibum! Apa maksudmu?!” Seru Yoona tak sabar.
Kibum tersenyum lalu menatap Yoona. Lalu ia menolehkan wajahnya kekaca besar disampingnya. “Ayo kita keluar sebentar,” ajak Kibum sambil berdiri, dan langsung menarik tangan Yoona.
“Apa.. ini kan masih huj— Ya! Kibum!” seru Yoona yang kaget karena tangannya ditarik oleh Kibum. Tapi ia tak melepaskannya, karena masih penasaran apa maksud Kibum itu.”
“Kami akan datang kembali, tenang saja,” ujar Kibum kepada seorang pelayan yang mengamati mereka berdua.
DRESSSSSSS……
Hujan masih belum reda, tapi Kibum tetap saja menarik tangan Yoona dan berlari ditengah hujan itu. “Kita mau kemana?” Tanya Yoona sedikit berteriak. “Tenang saja, sedikit lagi sampai,” balas Kibum.
Mereka berlari menerobos hujan deras itu, berlari dan terus berlari, membuat baju mereka basah.
Mereka terus berlari, dan hujan pun mulai agak mereda.
“Haah.. haah… haah…” Yoona berhenti sebentar. Napasnya tak beraturan, ia juga kelihatan capek sekali, dan juga kedinginan.
“Kita sampai, hanya tunggu beberapa menit lagi…” ujar Kibum sambil menatap langit. Hujan sudah reda ternyata. Yoona pun mengikutinya.
“Apa yang kau maksud itu?” Tanya Yoona sambil terus memperhatikan langit. Tidak ada apa-apa disana.
“Sambil menunggu, ada yang ingin aku tanyakan…” ujar Kibum. “Apa yang membuatmu membenci hujan?”
Yoona yang mendengarnya hanya tertunduk. “Hujan… hujan mengingatkanku pada semua orang yang kusayangi…” kata Yoona pelan. “Tapi sayangnya, mereka semua.. telah pergi…”
“Eng?” kali ini giliran Kibum yang dibuat bingung ia terus memandang Yoona menunggu Yoona melanjutkan kalimatnya.
“Orang tuaku… orang tuaku meninggal saat aku masih berumur 7, gara-gara kecelakaan saat hujan…” ujar Yoona sambil tersenyum pahit. “Dan.. Nickhun oppa… tunanganku juga meninggal karena hal yang sama, dan juga karena hujan… saat itu ia akan pergi menemuiku di salah satu butik untuk melihat baju pengantin kami yang sudah kami pesan… aku sudah sampai duluan disana.. dan saat itu hujan.. dan karenanya jalanan sangat licin sehingga… sehingga…” tak terasa air mata Yoona telah membasahi pipinya. Yoona menarik napas panjang, lalu melanjutkan kalimatnya lagi “mobilnya tergelincir hingga terperosok kedalam jurang,”
“Oh, maaf, aku tidak tahu kalau…” kata-kata Kibum terpotong oleh Yoona “Tak apa, nah sekarang kau sudah tahu alasan aku membenci hujan.” Yoona menghapus air matanya dengan punggung tangannya. “Sekarang giliranmu,”
Kibum tertawa kecil. “Aku.. sangat menyukai hujan karena hujan mengingatkanku pada seseorang… Seseorang yang sangat kusukai,”
“Namanya Jessica, dia sahabatku sejak SMP… aku sangat menyukainya tapi, dia menyukai sahabatku, Donghae… akhirnya mereka menikah,” kata Kibum. “Aku sangat menyukai hujan karena hujan membuatku mengingat semua hal menyenangkan bersamanya… saat kami bermain hujan… tertawa bersama… ya, hitung-hitung rasa rinduku sudah terobati,” katanya lagi.
Kibum menoleh, wajahnya berubah. Ia tersenyum lebar. “Coba kau lihat kesana,” ujarnya pada Yoona.
Yoona ikut menoleh. Matanya terbelalak kaget melihat beberapa garis warna warni yang menyerupai setengah lingkaran itu. Ia juga ikut tersenyum lebar. “Wow…” ujarnya takjub.
“Bagaimana? Indah bukan?” Tanya Kibum. Yoona mengangguk cepat. “Aku jarang melihat ini.” Ujarnya sambil terus memandang pelangi itu.
“Sekarang aku mengerti maksudmu… gomawo Kibum ah…” ujar Yoona sambil tersenyum lembut kearah Kibum. Membuat Kibum juga ikut tersenyum.
“Mana tanganmu?”
Kibum meraih ponsel dalam jaketnya yang basah kuyub, lalu membuat jari telunjuk dan ibu jarinya seakan membentuk sesuatu. Yoona pun mengikutinya dan akhirnya jari-jari mereka berdua membentuk sebuah hati. Mereka mengarahkan jari-jari mereka kearah pelangi itu, dan satu tangan Kibum memotretnya dengan ponselnya.
“Ahahahaha… apa itu?” Tawa yoona melihat hasil potretan Kibum. Ada jari-jari berbentuk hati dan disampingnya terdapat pelangi yang sangat indah.
Mereka berdua tertawa lebar. Melupakan kesedihan yang tadi mereka rasakan.
“sepertinya ada yang kelupaan…” gumam Yoona.
“Apa?”
“Astaga! Kita lupa membayar di café tadi!” Yoona menepuk dahinya.
“Oh iya! Ayo cepat!” seru Kibum. “Yang terakhir kesana berarti dia yang bayar, ya!” seru Kibum dan langsung berlari cepat meninggalkan Yoona.
“Ya! Kibum!” Seru Yoona yang langsung mengejar Kibum.
“ahahaha…” mereka terus tertawa sehingga mungkin luka dihati mereka masing-masing sekaan terobati…

Everybody wants Happiness,
Nobody wants Pain…       
But You can’t have a Rainbow,
Without a Little Rain…


0 comments:

20 Feb 2011

Love Rain (Fanfiction)

Posted by CreaMii_choco at 23.08
Terkadang suatu hal yang kau tak sukai itu bisa mendatangkan  sesuatu yang sangat besar.
Sesuatu yang sangat indah, yang bisa membuat matamu terbelalak kaget ketika melihatnya…

DRESSSSSSS…..
Mata Im Yoona membesar mendengar suara desiran air yang jatuh dari langit itu. Suara yang tidak diinginkannya. Sejak saat cuaca mendung tadi, ia sudah berdoa dan berharap agar cuaca segera cerah kembali dan hujan tidak akan turun. Tapi, doanya ternyata tak terkabulkan, malah sebaliknya, hujan diluar sana sangat deras sehingga ia hanya bisa duduk disudut tempat tidurnya sambil melamun.
“Aish… aku benci hujan!” ujarnya berulang-ulang berharap agar jika ia menyebutkan kata itu berulang-ulang hujan akan berhenti. Tapi tentu saja ini tak mungkin.
Ia memalingkan wajahnya kepada tirai jendela kamarnya, dan melihat samar apa yang ada diluarnya. Lalu ia berpaling kembali. “Ya tuhan… jangan buat aku mengingatnya kembali…”
***
Kim Kibum tersenyum melihat apa yang ada diluar jendela apartemen nya. Pemandangan yang sangat disukainya… Suara desiran yang sangat disukainya…
Ia terus tersenyum melihat hujan yang turun sangat deras dari jendela itu. Ia memang sangat menyukai hujan, karena hal itu bisa membuatnya mengingat semua hal yang membuatnya bahagia.
“Aku harap kali ini hujan akan turun lama, agar aku bisa melihatnya terus menerus,” ujarnya sambil tetap tersenyum.
***
“Hm,onnie, aku mau pulang dulu, takut hujan turun, kau sudah makan kan onnie?” ujar Yoona kepada teman kantornya, Kim Taeyeon.
“Ya sudah, pulanglah, tugasku masih banyak. ” ujarnya sambil menunjuk file-file yang bertumpuk dimejanya. “. Ehm soal makan, adik sepupuku baru saja membawakanku makanan”
 Yoona kembali tersenyum. “Oke onnie, annyeong!”
Yoona berjalan kearah lift dan segera masuk kedalamnya. Didalam lift itu hanya terdapat seorang lelaki bertopi dan seorang ibu-ibu dan 2 anaknya.
TING!
Pintu lift terbuka di lantai 2. Laki-laki bertopi dan ibu-ibu itu pun keluar, dan pintu lift kembali menutup.
TING!
Pintu lift terbuka lagi, Yoona pun keluar dari lift itu.
“Yoona! Yoona!” panggil seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi dan tegap. Yoona berbalik. “Oh, taecyon, ada apa?” tanyanya.
“Begini… emm.. aku.. mau mengajakmu makan malam.. Kau bisa?” ujarnya malu.
“Aku sangat mau tapi, hari sudah gelap dan sepertinya akan turun hujan, kau tau kan aku tak menyukai hujan? Aku pulang dulu, aku capek.” Ujar Yoona dan langsung pergi dari tempat itu meninggalkan Taecyon sendiri.
“Hh.. Im Yoona, padahal aku ingin memberimu ini,” ujarnya sambil memandangi kotak merah berisi cincin yang dibelinya untuk Yoona.
***
Yoona terduduk gelisah di bangku halte dekat kantornya. Sekali-kali ia melirik jam tangannya. Dan membuatnya makin gelisah. “Ayolah… dimana Yuri?” tanyanya dalam hati. Yuri adalah kakaknya yang kini telah menikah. Tadi ia menelpon Yuri untuk menjemputnya karena hujan sangat deras dan tidak ada taxi disitu.
Ia menggigil kedinginan. “Ya tuhan, dingin sekali,” ujarnya.
Tiba-tiba ada seorang lelaki berjaket panjang berlari menuju halte ditempat Yoona berdiri sekarang. Yoona mengerutkan dahinya. Sepertinya itu Taecyeon.
“Hh..” desah laki-laki itu. Laki-laki itu tinggi dan berkulit putih. Ia menggigil kedinginan sama seperti Yoona.
“Bukan Taecyeon…” pikir Yoona dalam hati.
Tanpa sadar, Yoona terus memandang laki-laki disampingnya itu. Laki-laki itu menggigil, kelihatan capek, tapi senyum tak pudar dari bibirnya. Laki-laki itu tersenyum memandangi hujan deras didepannya. Sepertinya laki-laki itu tak menyadari keberadaan Yoona disitu.
“Hujan memang menyenangkan,” gumam laki-laki itu pada dirinya sendiri. Ia kaget dengan gumaman laki-laki itu. Hujan itu menyenangkan?! Ujarnya dalam hati. Ia semakin bingung dengan laki-laki itu, tapi juga penasaran.
“Apanya yang menyenangkan?!” ujar Yoona tanpa dicerna baik-baik dulu. Ia menutup mulutnya mengetahui dirinya telah keceplosan omong. Laki-laki itu menoleh kearahnya. Dan kaget seakan baru tahu kalau ada orang disitu.
“Wah, ada orang rupanya,” ujar laki-laki itu. “Hujan memang menyenangkan, kok, hmm… biar aku tebak, kau pasti pembenci hujan. Namaku Kim Kibum.” Ujar Kim Kibum lagi sambil mengulurkan tangannya langsung.
“Yoona, Im Yoona,” ujar Yoona sambil membalas uluran tangan Kibum. “Ya, kau benar, aku memang pembenci hujan. Hujan itu sangat menyebalkan dan membosankan,” celotehnya. Ia tahu kalau dirinya itu tidak suka berbicara dengan orang lain, apa lagi orang asing seperti orang yang ada disampingnya ini. Tapi tak tahu kenapa ia langsung merasa senang berceloteh didepan Kim Kibum.
Kim Kibum tersenyum. “Aku kebalikannya. Aku sangat suka hujan,” gumamnya.
“Apa yang bisa membuatmu menyukai hujan?!” Tanya Yoona lagi.
“aku suka pemandangannya saat hujan… suka desiran suaranya… bau lembab setelah hujan… aku suka semua itu,” jawab Kibum yang membuat Yoona makin penasaran.
“Aku bingung dengan ucapanmu. Hujan itu tak ada bagusnya,”
“sebenarnya ada suatu hal yang membuatku sangat menyukai hujan… yaitu…,”
PIP,.. PIPP…
Kata-kata Kibum terpotong oleh bunyi klakson sebuah mobil hitam didepan mereka. Itu mobil Kakak Yonna. “Ah, jemputanku sudah datang,” seru Yoona agak kecewa karena tak bisa mendengar lanjutan dari Kibum. ‘Oh, ya, senang berkenalan denganmu,” ujar Yoona lagi sambil tersenyum lagi.
“Im Yoona,” panggil Kibum. Yoona menoleh.
“Terkadang sesuatu yang tidak kau sukai bisa mendatangkan keindahan jika kau berani melihatnya sampai selesai… Sesuatu yang sangat indah,” kata Kibum dengan nada misterius. Mata Yoona membesar mendengar kalimat Kibum itu, ia ingin  bertanya apa maksudnya tapi Yuri sudah berulang-ulang menekan klakson mobil menyuruhnya masuk.
Dan akhirnya Yoona pun melangkah kemobil, masuk kedalamnya dan meninggalkan Kibum dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya.
***
“Lama sekali,” gerutu Yuri didalam mobil yang sedang melaju kencang kepada Yoona. Yoona hanya terdiam, mencerna baik-baik apa perkataan Kibum barusan.
“Terkadang sesuatu yang tidak kau sukai bisa mendatangkan keindahan jika kau berani melihatnya sampai selesai… Sesuatu yang sangat indah,”
“Ya! Im Yoona!” seru Yuri lagi.
“Apa?!” seru Yoona kaget.
“Huh! Kau melamun ternyata! Sama sekali tak mendengar omonganku!” gerutu Yuri lagi. “Apa kau sedang memikirkan lelaki yang bersamamu di halte itu?!”
“Siapa?! Oh, Kim Kibum?”
“Ya, siapalah namanya itu, siapa dia?”
“Tak usah menanyakan nama laki-laki lain, kau sudah punya suami,” canda Yoona.
“Aku tahu… tapi, dia tampan, ya…” canda Yuri lagi.
“Dan juga misterius,” lanjut Yoona.
***
Yoona meletakkan cangkir hot chocolate-nya diatas meja. Ia memandangi jendela kamarnya, yang diluarnya sedang hujan.
“Aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya…” gumamnya. Ia kembali mengingat kata-kata Kibum, orang yang baru dikenalnya kemarin.
“Terkadang sesuatu yang tidak kau sukai bisa mendatangkan keindahan jika kau berani melihatnya sampai selesai… Sesuatu yang sangat indah,”
“Sesuatu yang tidak kau sukai,” Jari Yoona mengetuk-ngetuk permukaan meja didepannya. “Apa mungkin maksudnya hujan?!”
Otaknya mulai berkerja. Ia sudah dapat mengertikan perkataan kibum kemarin.
“Oh… jangan-jangan,”
Yoona segera berlari kearah jendela dan membukanya. Hujan telah reda. Namun tak ada sesuatu yang disebut ‘indah’ oleh kibum. “Aku yakin maksudnya adalah ‘ada sesuatu yang terlihat indah ketika setelah hujan,” gumamnya. “Aah! Dasar aneh! Bikin aku penasaran saja!” gerutu Yoona.
***
Kibum menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali. Didepannya terdapat ‘sesuatu yang indah’ yang hanya dapat ia lihat seusai hujan. “Apa Yoona sudah mengerti perkataan ku?” pikirnya. “Aku harap begitu…” ujarnya sambil tersenyum.
***
“Hhh..” desah Yoona untuk kesekian kalinya.
“Kau kenapa, Yoong?” Tanya Taeyeon yang sedang asik menyesap mocha coffee nya. Yoona menggeleng lemah.
“Anni,,” jawabnya sambil menggigit bibirnya.
“Ah, kau pasti ada masalah, aku tahu dari kebiasaanmu itu, menggigit bibir. Ayolah cerita padaku,” desak Taeyeon.
“Hh.. baiklah,”
Yoona pun menceritakan pertemuannya dengan Kibum, perkataan Kibum yang membingungkan itu. Semuanya. Kafe dekat kantornya kelihatan ramai dengan pengunjung yang kelihatannya tak bisa pulang karena hujan yang turun sangat deras.
‘Hmm.. memang anak yang misterius,” tanggap Taeyeon.
“Memang seperti itu,” desah Yoona pelan. “Ah.. hujan makin deras…” gumam Yoona sambil menyentuh kaca bening disampingnya yang penuh dengan butiran butiran hujan.
“Hm, dimana adik sepupuku ya? Kenapa lama sekali?” gumam Taeyeon. Yoona tidak mendengarnya karena ia sedang asik melamun.
***
“Hei, Im Yoona,” suara itu mengagetkan Yoona dari lamunannya. Ia kembali tersentak kaget melihat siapa yang ada didepannya.
“K..kau… Kim Kibum?! Lho? Mana Taeyeon onnie?!” tanyanya bingung.
“Taeyeon nuna sudah pulang, tadi dia menyuruhku untuk menjemputnya, tapi karena melihatmu aku menyuruhnya untuk pulang sendiri dengan mobilku. Ternyata kau teman Taeyeon nuna,” jelas Kibum panjang lebar.
“Ja.. jadi, kau sepupu Taeyeon?!” tanyanya lagi seolah tak percaya.
“Ya, kenapa? Kau tak percaya?” Tanya Kibum dengan nada bercanda.
Kibum segera memanggil seorang pelayan dan memesan secangkir black coffee. Setelah itu, mereka terdiam. Tak berbicara lagi. Seakan-akan mereka bisu dan tidak saling kenal. Hanya terdengar suara desiran hujan dan juga suara riuh pengunjung dalam café itu.
“Jadi bagaimana?” Tanya Kibum memecah kesunyian diantara mereka. Yoona yang sedari tadi hanya memandang kaca besar disampingnya menoleh. “Bagaimana apa?” tanyanya bingung.
Seorang pelayan datang sambil membawa nampan berisi pesanan Kibum, meletakkan cangkir itu diatas meja, lalu pergi.
“Kau sudah mengerti apa yang kumaksud waktu itu? Kau sudah melihatnya?” Tanya Kibum lagi. Pertanyaannya itu membuat Yoona kaget. “Oh iya! Aku ingin menanyakanmu soal itu!” ujarnya sambil memukul pelan dahinya.
“Jadi, apa yang kau maksud waktu itu? Aku sama sekali bingung dengan perkataanmu. Aku kira yang kau maksud adalah sesuatu yang bisa terlihat ketika setelah hujan, tapi aku tak melihat apa-apa…” Kata Yoona panjang lebar. Kibum hanya tersenyum sambil mengaduk-aduk isi cangkirnya itu. Yoona hanya mengerutkan dahinya melihat respon santai Kibum. “Ya! Kim Kibum! Apa maksudmu?!” Seru Yoona tak sabar.
Kibum tersenyum lalu menatap Yoona. Lalu ia menolehkan wajahnya kekaca besar disampingnya. “Ayo kita keluar sebentar,” ajak Kibum sambil berdiri, dan langsung menarik tangan Yoona.
“Apa.. ini kan masih huj— Ya! Kibum!” seru Yoona yang kaget karena tangannya ditarik oleh Kibum. Tapi ia tak melepaskannya, karena masih penasaran apa maksud Kibum itu.”
“Kami akan datang kembali, tenang saja,” ujar Kibum kepada seorang pelayan yang mengamati mereka berdua.
DRESSSSSSS……
Hujan masih belum reda, tapi Kibum tetap saja menarik tangan Yoona dan berlari ditengah hujan itu. “Kita mau kemana?” Tanya Yoona sedikit berteriak. “Tenang saja, sedikit lagi sampai,” balas Kibum.
Mereka berlari menerobos hujan deras itu, berlari dan terus berlari, membuat baju mereka basah.
Mereka terus berlari, dan hujan pun mulai agak mereda.
“Haah.. haah… haah…” Yoona berhenti sebentar. Napasnya tak beraturan, ia juga kelihatan capek sekali, dan juga kedinginan.
“Kita sampai, hanya tunggu beberapa menit lagi…” ujar Kibum sambil menatap langit. Hujan sudah reda ternyata. Yoona pun mengikutinya.
“Apa yang kau maksud itu?” Tanya Yoona sambil terus memperhatikan langit. Tidak ada apa-apa disana.
“Sambil menunggu, ada yang ingin aku tanyakan…” ujar Kibum. “Apa yang membuatmu membenci hujan?”
Yoona yang mendengarnya hanya tertunduk. “Hujan… hujan mengingatkanku pada semua orang yang kusayangi…” kata Yoona pelan. “Tapi sayangnya, mereka semua.. telah pergi…”
“Eng?” kali ini giliran Kibum yang dibuat bingung ia terus memandang Yoona menunggu Yoona melanjutkan kalimatnya.
“Orang tuaku… orang tuaku meninggal saat aku masih berumur 7, gara-gara kecelakaan saat hujan…” ujar Yoona sambil tersenyum pahit. “Dan.. Nickhun oppa… tunanganku juga meninggal karena hal yang sama, dan juga karena hujan… saat itu ia akan pergi menemuiku di salah satu butik untuk melihat baju pengantin kami yang sudah kami pesan… aku sudah sampai duluan disana.. dan saat itu hujan.. dan karenanya jalanan sangat licin sehingga… sehingga…” tak terasa air mata Yoona telah membasahi pipinya. Yoona menarik napas panjang, lalu melanjutkan kalimatnya lagi “mobilnya tergelincir hingga terperosok kedalam jurang,”
“Oh, maaf, aku tidak tahu kalau…” kata-kata Kibum terpotong oleh Yoona “Tak apa, nah sekarang kau sudah tahu alasan aku membenci hujan.” Yoona menghapus air matanya dengan punggung tangannya. “Sekarang giliranmu,”
Kibum tertawa kecil. “Aku.. sangat menyukai hujan karena hujan mengingatkanku pada seseorang… Seseorang yang sangat kusukai,”
“Namanya Jessica, dia sahabatku sejak SMP… aku sangat menyukainya tapi, dia menyukai sahabatku, Donghae… akhirnya mereka menikah,” kata Kibum. “Aku sangat menyukai hujan karena hujan membuatku mengingat semua hal menyenangkan bersamanya… saat kami bermain hujan… tertawa bersama… ya, hitung-hitung rasa rinduku sudah terobati,” katanya lagi.
Kibum menoleh, wajahnya berubah. Ia tersenyum lebar. “Coba kau lihat kesana,” ujarnya pada Yoona.
Yoona ikut menoleh. Matanya terbelalak kaget melihat beberapa garis warna warni yang menyerupai setengah lingkaran itu. Ia juga ikut tersenyum lebar. “Wow…” ujarnya takjub.
“Bagaimana? Indah bukan?” Tanya Kibum. Yoona mengangguk cepat. “Aku jarang melihat ini.” Ujarnya sambil terus memandang pelangi itu.
“Sekarang aku mengerti maksudmu… gomawo Kibum ah…” ujar Yoona sambil tersenyum lembut kearah Kibum. Membuat Kibum juga ikut tersenyum.
“Mana tanganmu?”
Kibum meraih ponsel dalam jaketnya yang basah kuyub, lalu membuat jari telunjuk dan ibu jarinya seakan membentuk sesuatu. Yoona pun mengikutinya dan akhirnya jari-jari mereka berdua membentuk sebuah hati. Mereka mengarahkan jari-jari mereka kearah pelangi itu, dan satu tangan Kibum memotretnya dengan ponselnya.
“Ahahahaha… apa itu?” Tawa yoona melihat hasil potretan Kibum. Ada jari-jari berbentuk hati dan disampingnya terdapat pelangi yang sangat indah.
Mereka berdua tertawa lebar. Melupakan kesedihan yang tadi mereka rasakan.
“sepertinya ada yang kelupaan…” gumam Yoona.
“Apa?”
“Astaga! Kita lupa membayar di café tadi!” Yoona menepuk dahinya.
“Oh iya! Ayo cepat!” seru Kibum. “Yang terakhir kesana berarti dia yang bayar, ya!” seru Kibum dan langsung berlari cepat meninggalkan Yoona.
“Ya! Kibum!” Seru Yoona yang langsung mengejar Kibum.
“ahahaha…” mereka terus tertawa sehingga mungkin luka dihati mereka masing-masing sekaan terobati…

Everybody wants Happiness,
Nobody wants Pain…       
But You can’t have a Rainbow,
Without a Little Rain…


0 comments on "Love Rain (Fanfiction)"

 

I'm HERE.... Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | Best Kindle Device